Pages

Risalah Aqiqah

Paket Aqiqah A + Nasi Box Paket B

Oleh: Agus Junaedi M.ag

Ucapan untuk orang yang baru saja dikaruniai anak:

 شَكَرْتَ الوَاهِبَ وَبُوْرِكَ لَكَ ِفي المَوْهُوْبِ وَبَلَغَ أَشُدَّهُ وَرَزَقْتَ بَرَّهُ

“semoga engkau bersyukur  kepada Yang Maha Pemberi, dan semoga  Allah memberimu berkah pada  anakmu, dan sampai ia dewasa dan engkau mendapatkan kebaikannya.”(H.R Ibnu Al-Ja’di,maqthu)

DO’A UNTUK BAYI 

أُعِيذُكَ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ ، وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لامَّةٍ

“Aku mohon perlindungan untukmu dengan  kalimat- kalimat Allah yang sempurna, dari  setiap syetan, dan segala yang beracun,  dan  dari setiap pandangan yang penuh kebencian.” [H. R. Bukhari]

Menghidupkan Sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan ‘Aqiqah

‘Aqiqah adalah merupakan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. yang berkenaan dengan kelahiran anak muslim. Melaksanakan ‘aqiqah adalah salah satu bentuk menghidupkan sunnah Beliau. Orang yang  menghidupkan sunnah Beliau tatkala manusia menjauhi dan membencinya, adalah bukti rasa cinta kepadanya, yang jaminannya adalah surga, sebagaimana disebutkan dalam hadits:

من أحيا سنتي فقد أحبني ومن أحبني كان معي في الجنة  )أخرجه الترمذي(

“Barang siapa yang menghidupkan sunnahku maka dia telah mencintaiku, barang siapa yang mencintaiku  maka dia akan bersamaku di syurga. (H.R Tirmidzi)

Beberapa Hal yang Harus Dilakukan oleh Orang tua Setelah Kelahiran Anaknya

1.    Menyuarakan adzan di telinga kanan dan  qomat di telinga kiri bayi. Hal ini  berdasarkan atas sebuah hadits yang  diriwayatkan oleh Abu Dawud dan At-Tirmidzi, dari Abu Rafi’: Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Menyuarakan adzan pada telinga Al-Hasan bin ‘Ali ketika Fatimah melahirkannya.

2.    Melakukan  tahniq,  yaitu  menggosok  langit-langit (mulut  bagian  atas)  dengan  kurma  yang  sudah dilembutkan. Caranya ialah dengan menaruh sebagian kurma yang telah dikunyah pada jari, dan memasukkan   jari   itu   ke   dalam   mulut   bayi, kemudian menggerak-gerakkannya ke  kiri dan ke kanan dengan gerakan yang lembut hingga merata di sekeliling langit-langit bayi. Jika kurma sulit di dapat, tahniq ini  dapat dilakukan  dengan  bahan  yang   manis   lainnya, seperti    madu atau saripati gula,    sebagai pelaksanaan sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Di  dalam  Shahihain,  terdapat  hadits    dari  Abu Burdah, dari Abu Musa r.a., ia berkata:

Aku  telah dikaruniai seorang anak,  kemudian aku membawanya kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam lalu beliau menamakannya Ibrahim, menggosok-gosok langit-langit mulutnya dengan sebuah kurma dan mendo’akannya  dengan  keberkahan.  Setelah  itu beliau menyerahkannya kepadaku.

Hikmah dari tahniq ini ialah untuk  menguatkan syaraf-syaraf mulut  dan  gerakan  lisan  beserta tenggorokan dan dua tulang rahang bawah dengan jilatan, sehingga anak siap untuk menghisap  air susu ibunya    dengan kuat dan     alami. Lebih utama kalau tahniq ini dilakukan oleh ulama/orang yang shalih sebagai  penghormatan dan pengharapan agar si bayi  menjadi orang yang shalih pula.

3.    Mencukur rambut kepala bayi, memberi nama, dan Aqiqah.

Pengertian ‘Aqiqah

Secara bahasa ‘aqiqah berarti memutus. Al‐Ashmu’i berpendapat: ‘Aqiqah asalnya adalah rambut di kepala anak yang baru lahir. Kambing yang dipotong disebut ‘aqiqah karena rambut anak tersebut dipotong ketika kambing itu disembelih. Sedangkan secara   istilah   Syara’   aqiqah   berarti   menyembelih kambing  untuk  anak  pada  hari  ke  tujuh  dari  hari kelahirannya.

Dalil yang berkenaan dengan Aqiqah

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَعَ الْغُلاَمِ عَقِيقَةٌ فَأَهْرِيقُوا عَنْهُ الدَّمَ وَأَمِيطُوا عَنْهُ الأَذَى

 “Sesungguhnya anak itu diaqiqahi. Maka tumpahkanlah darah baginya dan jauhkanlah penyakit daripadanya (dengan mencukurnya).” (Hadits shahih riwayat Bukhari, dari Salman Bin Amar Adh-Dhabi)

كُلُّ غُلَامٍ مُرْتَهَنٌ بِعَقِيقَتِهِ تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ السَّابِعِ وَيُحْلَقُ رَأْسُهُ وَيُسَمَّى
“Setiap anak itu terasuransikan dengan aqiqahnya. Ia  disembelihkan (binatang) pada hari ke tujuh dari hari kelahirannya, dan dicukur kepalanya kemudian diberi nama pada hari itu”. (Ashhabus-Sunan).

‘Aqiqah  adalah tanda syukur kita kepada  Allah Subhanahu wa Ta’ala atas  nikmat anak  yang  diberikan-Nya.  Juga  sebagai washilah  (sarana) memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar menjaga dan memelihara sang bayi. Dari hadits di atas pula ulama menjelaskan  bahwa hukum aqiqah adalah sunnah  muakkadah (sunnah yang sangat  dianjurkan) bagi  para  wali  bayi  yang   mampu,  bahkan  tetap dianjurkan, sekalipun wali bayi dalam kondisi sulit.

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Aqiqah

1.    Kambing yang akan di sembelih  mencapai umur minimal   satu   tahun   dan   sehat   tanpa   cacat sebagaimana persyaratan untuk hewan qurban.

2.    Jika bayi yang dilahirkan laki-laki, dianjurkan untuk menyembelih  dua  ekor  kambing yang sepadan (sama   besarnya),  sedangkan  bayi perempuan disembelihkan satu ekor kambing. Hal ini berdasar atas  hadits dari Ummu  Karaz al-Ka’biyah, Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Bagi     anak laki-laki disembelihkan) dua ekor  kambing dan bagi anak perempuan  (disembelihkan) satu ekor dan tidak memberatkan kamu sekalian apakah (sembelihan itu) jantan atau betina” (H. R. Ahmad dan Tirmidzi)

Hal  di atas berlaku untuk orang yang  dikaruniai rizqi yang cukup oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sedangkan orang yang kemampuannya terbatas,diperbolehkan untuk  meng’aqiqahi anak laki-laki maupun anak perempuan  dengan satu ekor kambing. Hal ini berdasar atas hadits dari Ibnu ‘Abbas r.a.: “Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah  meng’aqiqahi Al-Hasan dan Al-Husain  dengan satu ekor biri-biri.” (H.R. Abu Dawud),  dan  juga  riwayat  dari   Imam  Malik: “Abdullah bin Umar r.a.  telah meng’aqiqahi anak- anaknya  baik  laki-laki maupun perempuan, satu kambing-satu kambing.”

3.    Dianjurkan agar ‘aqiqah itu disembelih atas nama anak  yang  dilahirkan. Hal  ini  berdasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu al-Mundzir dari ‘Aisyah r.a.: Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Sembelihlah atas namanya (anak yang dilahirkan), dan ucapkanlah,  ‘Dengan  menyebut  nama  Allah.  Ya Allah, bagi-Mu-lah dan kepada-Mu-lah ku persembah-kan ‘aqiqah si Fulan ini.”

Akan tetapi, jika orang yang menyembelih itu telah berniat,  meskipun tidak  menyebutkan nama anak itu, maka tujuannya sudah tercapai.

4.    Adapun daging aqiqah tersebut selain dimakan oleh keluarga sendiri, juga disedekahkan dan dihadiahkan.

5.    Disunahkan daging ‘aqiqah dimasak, sedangkan daging Qurban disunahkan dibagikan  mentah, sebagaimana riwayat Aisyah r.a namun terjadi perbedaan dalam masalah boleh tidaknya memecahkan tulangnya, pendapat yang terkuat  boleh memecahkan tulang-tulangnya karena lebih banyak manfa’atnya, “Sunnahnya dua ekor kambing untuk anak laki‐laki dan satu ekor kambing untuk anak perempuan. Ia dimasak tanpa mematahkan tulangnya. Lalu dimakan (oleh keluarganya), dan disedekahkan pada hari ketujuh”. (HR al‐Bayhaqi)

6.    Umumkan  nama  anak   pada  hari ketujuh  dengan memilihkannya  nama-nama  yang baik (nama para Nabi, para shahabat Nabi, yang mencerminkan  orang shalih), dan dimakruhkan memberi nama-nama yang  sudah jelas dipakai orang-orang kafir, atau nama-nama yang merupakan penghinaan terhadap Allah dan Rasul-Nya atau mencerminkan pribadi orang thalih.

7.    Mencukur rambutnya,    kemudian bersedekah  senilai  harga  perak  yang setimbang  dengan  berat  rambutnya.
عَنْ عَلِىٍّ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَمَرَ فَاطِمَةَ عَلَيْهَا السَّلاَمُ فَقَالَ :« زِنِى شَعَرَ الْحُسَيْنِ وَتَصَدَّقِى بِوَزْنِهِ فِضَّةً وَأَعْطِى الْقَابِلَةَ رِجْلَ الْعَقِيقَةِ » (الحاكم ، والبيهقى)
Dari Alir.a. berkata:  Rasulullah  Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan  Fatimah dan  bersabda:  “Timbanglah rambut Husain dan bersedekahlah  dengan perak  sesuai  dengan berat timbangan (rambut)nya dan bagilah kabilah kaki kambing aqiqah”.(H.R Al-Hakim dan Al-Baihaqy)
Makna Filosifis ibadah ‘Aqiqah
كُلُّ غُلَامٍ مُرْتَهَنٌ بِعَقِيقَتِهِ تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ السَّابِعِ وَيُحْلَقُ رَأْسُهُ وَيُسَمَّى

“Setiap anak itu terasuransikan dengan aqiqahnya. Ia  disembelihkan (binatang) pada hari ke tujuh dari hari kelahirannya, dan dicukur kepalanya kemudian diberi nama pada hari itu”. (Ashhabus-Sunan).

Dari teks hadits diatas, mengisyaratkan bahwa pada setiap kelahiran bayi yang disertai prosesi ‘aqiqah, setidaknya ada tiga petanda yang mesti diperhatikan oleh setiap muslim;

1.    Peyembelihan kambing/domba. Penyembelihan intinya adalah pada  tumpahnya darah ke tanah, ia merupakan simbolik dari kecintaan, ketauhidan, optimisme dan pengorbanan. Darah adalah sesuatu yang berharga bagi manusia ia adalah sumber kehidupan bagi mahluk yang bernyawa, demi kecintaan perkara yang mahal itu diberikan kepada Dzat yang dicintainya, Allah! Ketauhidan adalah dasarnya, keridhaan dan syurga adalah optimisme, pengorbanan adalah syari’atnya. Menumpahkan darah hewan pada saat kelahiran anak sebagai simbol bahwa anak itu harus ditauhidkan, dipelihara atas dasar cinta dan pengorbanan yang semuanya merupakan bekal bagi perkembangan anak menuju masa depannya. Tumpahnya darah bagi seorang muslim adalah suatu niscaya, sesuatu yang tidak perlu ditakuti, sebab tidak ditumpahkan pada jalan yang haq, darah suatu saat akan hilang atau beku (mati).

2.    Dicukur  plontos, ia adalah simbol dari kebebasan, kesucian dan simbol yang mendapat rahmat. Dicukurnya rambut kepala sampai plontos, adalah simbol pembersihan diri dari segala perkara-perkara yang memberatkan kehidupan manusia baik secara jasmani maupun ruhani. Terbebasnya seseorang dari perkara-perkara yang menjadi beban berat kehidupan seperti dari penyakit-penyakit atau kebiasaan-kebiasaan buruk akan mendorong seseorang menjalani kehidupan dunianya dengan mudah, sebaliknya kehidupan yang dijalani dengan memikul bebab-beban berat akan menyusahkan kehidupan diduniannya. Begitu juga terbebasnya seseorang dari beban ruhani yakni perbuatan maksiat dan dosa, menjadikan seseorang akan mudah menjalani hidup dan cenderung hidupnya akan sukses. Syari’at  mencukur rambut sampai plontos bagi kelahiran anak adalah merupakan pendorong kepada orang tuanya agar anak ini senantisa terpelihara dari perkara-perkara yang dapat mengotori jasmani dan ruhaninya. Orang tua berkewajiban  untuk menghantarkan anaknya pada kesuksesan anaknya yakni dengan kesucian jiwa dari nafsu amarah, akal dari pikiran-pikiran jahat serta kesucian hatinya dari godaan-godaan setan yang senantiasa meraksuk kedalam tubuh manusia.
Pemberian nama.

Nama adalah symbol identitas, nama adalah ilmu pengetahuan, nama adalah jembatan yang menghubungkan manusia dengan dunia, dengan nama seseorang bisa hidup didunia. Apa jadinya manusia hidup didunia tanpa mengenal sebuah nama. Pemberian nama bagi seorang anak adalah simbol bahwa dia akan hidup didunia hanya dengan ilmu. Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah mendidik, melatih, membina sehingga ia menjadi manusia yang berilmu. Orang yang mengenal identitas, menguasai suatu ilmu maka dia akan hidup sukses didunia. Mendidik anak adalah kewajiban orang tua dan menjadi hak anaknya. Seorang anak yang memiliki pengetahuan  memiliki peluang kesuksesan hidup dibanding sebaliknya.
Ingin Aqiqah Murah dan Siap saji, hubungi kami melalui  08978603026<< Klik

Mas In

Instagram